Rabu, 14 Juli 2010

Dulu , Kini

Dulu.....
Suara itu dulu slalu lembut menyapa ku
Berhias bahagia dahulu kau hampiri ku
Riak sungai deras pun tenang ketika kau rengkuh aku
Hanya membisik kan gemericik cinta, hati mu

Kini....
Pepohonan yang itu saja tumbang
Tak mampu menahan gelombang yang dulu kau buat tenang
Ombak di hati mu kini menggarang, pasang
Mencoba menunduk kan batu-batu kali seberang

Kau bagai dewi yang tlah bosan bersemedi di hati ku
Kini kau bangkit, dengan segala kesaktian mu
Dengan seribu mantra-mantra yang kau dapat dulu
Dengan angkuh kau hancurkan bilik semedi mu

Ini kah ingin mu saat ingin merangkul ku dulu
Niat ini kah yang kau lukis kan dulu di hati mu
Gelombang mana lagi yang ingin kau takluk kan
Erangan mana lagi yang ingin kau tenang kan

Waktu ku mungkin tak mau menunggu ku
Ingin ku mungkin tak lagi jadi ingin mu
Dalam hati mu mungkin tak lagi aku
Indah mu tak mungkin lagi dalam dekap ku

Ku Yakin Kau Kan Sempurna Tanpa Ku

Bukan tak perih aku disini...
Bukan mudah tuk mengakhiri...
Risau ini bukan ku titi sendiri..
Slalu ku coba tepis namun tak pergi

Aku yakin kau kan sempurna tanpa ku
Karna ada nya ku sirna sempurna mu
Ku yakin kau kan bahagia tanpa ku
Karna ada nya ku sirna bahagia mu

Risau ini biar ku jadikan hiasan kenangan ku...
Perih ini biar ku jadikan jalan dalam mimpi ku
Sempurna mu akan jadi bahagia ku
Sempurna mu kan ku jadikan titian takdir ku

Sempurna kan lah hidup mu...


Selasa, 13 Juli 2010

Kelak Aku

Rasanya sudah cukup bagi ku
Berjalan menyelidiki apa yang ada di balik gurun itu
Tungkai kaki pun tlah lelah menopang hati
Sejenak, bersandar pada tepi-tepi

Disini aku melihat bebatuan
Di antara nya ada yang terbesar bak Tuan batu
Tuan besar di antara bebatuan
Segera aku menuju untuk sekedar menyandar bahu

Tertidur aku di batu itu
Letih hingga kaki ini kaku
Lagu pun tak lagi merdu
Apa lagi untuk membangunkan tidur ku

Saat terbangun, tubuh ku tetap saja kaku
Aah...baru aku ingat akan sayap-sayap abadi ku
Menatap langit aku merayu
Lelah aku disini...pinta ku

Sedikit demi sedikit coba rentangkan sayap-sayap ku
Aku tahu tujuan ku, langit itu masih biru...
Smoga kelak sarang ku menggantung indah di langit itu
Tempat ku nanti menghadap yang ku rindu di penghujung ku

Rebah

Canda tawa kini hilang
Terhanyut titik-titik resah
Canda tawa itu kini terkenang
Meski rapuh kini dalam rebah

Bukan mudah aku melukis kata
Seolah hampir musnah semua aksara
Kata...yang kata nya bagai mantra indah
Datang kan gundah yang kini ku bawa rebah

Luas indah kata mu untuk ku bermimpi
Yang kini mengurung ku dalam ruang sempit bumi
Merangkul ku erat dalam ruang sempit gelap sepi
Kini aku rebah...rebah..rebah...dan rebah sendiri

Makna Yang Tersembunyi

Detik-detik menghitung mundur
Entah dimana ujung nada nya
Wajah murung makin terpuruk
Indah purnama makin tertutup awan

Cantik nan indah wajah semalam
Nampak bagi ku cahaya kehidupan
Gerak anggun jemari menuntun nada

Gelap malam terurai kidung
Indah kemarin saat wajah mu tersenyum
Hidup ku kemarin, bukan kini atau esok...

The Folded Sheet

The whispers, clatters, filled
Dripping, the grain of rain
Deflagrated will even killed
Flew it far by wind


Stood on the blurred wit
Did I have the brave eyes?
It's still the folded sheet
For I never have the brave eyes


The folded sheet never read
Even the Sun became blind
All the words are sealed
Thus I hit the hay by wine


Dropped it again into the whisper
Enveloped by sat head
What the written melody there
In that folded sheet, it kept