Dulu.....
Suara itu dulu slalu lembut menyapa ku
Berhias bahagia dahulu kau hampiri ku
Riak sungai deras pun tenang ketika kau rengkuh aku
Hanya membisik kan gemericik cinta, hati mu
Kini....
Pepohonan yang itu saja tumbang
Tak mampu menahan gelombang yang dulu kau buat tenang
Ombak di hati mu kini menggarang, pasang
Mencoba menunduk kan batu-batu kali seberang
Kau bagai dewi yang tlah bosan bersemedi di hati ku
Kini kau bangkit, dengan segala kesaktian mu
Dengan seribu mantra-mantra yang kau dapat dulu
Dengan angkuh kau hancurkan bilik semedi mu
Ini kah ingin mu saat ingin merangkul ku dulu
Niat ini kah yang kau lukis kan dulu di hati mu
Gelombang mana lagi yang ingin kau takluk kan
Erangan mana lagi yang ingin kau tenang kan
Waktu ku mungkin tak mau menunggu ku
Ingin ku mungkin tak lagi jadi ingin mu
Dalam hati mu mungkin tak lagi aku
Indah mu tak mungkin lagi dalam dekap ku
Istana Hati Widi (Kumpulan Puisi Ku)
blog ini senantiasa akan menjadi tempat bagi ku untuk menuangkan segala keadaan hati ku, karna disini lah aku mampu untuk melepaskan sgala kata-kata yang terpenjara dalam jiwa ku....
Rabu, 14 Juli 2010
Ku Yakin Kau Kan Sempurna Tanpa Ku
Bukan tak perih aku disini...
Bukan mudah tuk mengakhiri...
Risau ini bukan ku titi sendiri..
Slalu ku coba tepis namun tak pergi
Aku yakin kau kan sempurna tanpa ku
Karna ada nya ku sirna sempurna mu
Ku yakin kau kan bahagia tanpa ku
Karna ada nya ku sirna bahagia mu
Risau ini biar ku jadikan hiasan kenangan ku...
Perih ini biar ku jadikan jalan dalam mimpi ku
Sempurna mu akan jadi bahagia ku
Sempurna mu kan ku jadikan titian takdir ku
Sempurna kan lah hidup mu...
Bukan mudah tuk mengakhiri...
Risau ini bukan ku titi sendiri..
Slalu ku coba tepis namun tak pergi
Aku yakin kau kan sempurna tanpa ku
Karna ada nya ku sirna sempurna mu
Ku yakin kau kan bahagia tanpa ku
Karna ada nya ku sirna bahagia mu
Risau ini biar ku jadikan hiasan kenangan ku...
Perih ini biar ku jadikan jalan dalam mimpi ku
Sempurna mu akan jadi bahagia ku
Sempurna mu kan ku jadikan titian takdir ku
Sempurna kan lah hidup mu...
Selasa, 13 Juli 2010
Kelak Aku
Rasanya sudah cukup bagi ku
Berjalan menyelidiki apa yang ada di balik gurun itu
Tungkai kaki pun tlah lelah menopang hati
Sejenak, bersandar pada tepi-tepi
Disini aku melihat bebatuan
Di antara nya ada yang terbesar bak Tuan batu
Tuan besar di antara bebatuan
Segera aku menuju untuk sekedar menyandar bahu
Tertidur aku di batu itu
Letih hingga kaki ini kaku
Lagu pun tak lagi merdu
Apa lagi untuk membangunkan tidur ku
Saat terbangun, tubuh ku tetap saja kaku
Aah...baru aku ingat akan sayap-sayap abadi ku
Menatap langit aku merayu
Lelah aku disini...pinta ku
Sedikit demi sedikit coba rentangkan sayap-sayap ku
Aku tahu tujuan ku, langit itu masih biru...
Smoga kelak sarang ku menggantung indah di langit itu
Tempat ku nanti menghadap yang ku rindu di penghujung ku
Berjalan menyelidiki apa yang ada di balik gurun itu
Tungkai kaki pun tlah lelah menopang hati
Sejenak, bersandar pada tepi-tepi
Disini aku melihat bebatuan
Di antara nya ada yang terbesar bak Tuan batu
Tuan besar di antara bebatuan
Segera aku menuju untuk sekedar menyandar bahu
Tertidur aku di batu itu
Letih hingga kaki ini kaku
Lagu pun tak lagi merdu
Apa lagi untuk membangunkan tidur ku
Saat terbangun, tubuh ku tetap saja kaku
Aah...baru aku ingat akan sayap-sayap abadi ku
Menatap langit aku merayu
Lelah aku disini...pinta ku
Sedikit demi sedikit coba rentangkan sayap-sayap ku
Aku tahu tujuan ku, langit itu masih biru...
Smoga kelak sarang ku menggantung indah di langit itu
Tempat ku nanti menghadap yang ku rindu di penghujung ku
Rebah
Canda tawa kini hilang
Terhanyut titik-titik resah
Canda tawa itu kini terkenang
Meski rapuh kini dalam rebah
Bukan mudah aku melukis kata
Seolah hampir musnah semua aksara
Kata...yang kata nya bagai mantra indah
Datang kan gundah yang kini ku bawa rebah
Luas indah kata mu untuk ku bermimpi
Yang kini mengurung ku dalam ruang sempit bumi
Merangkul ku erat dalam ruang sempit gelap sepi
Kini aku rebah...rebah..rebah...dan rebah sendiri
Terhanyut titik-titik resah
Canda tawa itu kini terkenang
Meski rapuh kini dalam rebah
Bukan mudah aku melukis kata
Seolah hampir musnah semua aksara
Kata...yang kata nya bagai mantra indah
Datang kan gundah yang kini ku bawa rebah
Luas indah kata mu untuk ku bermimpi
Yang kini mengurung ku dalam ruang sempit bumi
Merangkul ku erat dalam ruang sempit gelap sepi
Kini aku rebah...rebah..rebah...dan rebah sendiri
Makna Yang Tersembunyi
Detik-detik menghitung mundur
Entah dimana ujung nada nya
Wajah murung makin terpuruk
Indah purnama makin tertutup awan
Cantik nan indah wajah semalam
Nampak bagi ku cahaya kehidupan
Gerak anggun jemari menuntun nada
Gelap malam terurai kidung
Indah kemarin saat wajah mu tersenyum
Hidup ku kemarin, bukan kini atau esok...
Entah dimana ujung nada nya
Wajah murung makin terpuruk
Indah purnama makin tertutup awan
Cantik nan indah wajah semalam
Nampak bagi ku cahaya kehidupan
Gerak anggun jemari menuntun nada
Gelap malam terurai kidung
Indah kemarin saat wajah mu tersenyum
Hidup ku kemarin, bukan kini atau esok...
The Folded Sheet
The whispers, clatters, filled
Dripping, the grain of rain
Deflagrated will even killed
Flew it far by wind
Stood on the blurred wit
Did I have the brave eyes?
It's still the folded sheet
For I never have the brave eyes
The folded sheet never read
Even the Sun became blind
All the words are sealed
Thus I hit the hay by wine
Dropped it again into the whisper
Enveloped by sat head
What the written melody there
In that folded sheet, it kept
Dripping, the grain of rain
Deflagrated will even killed
Flew it far by wind
Stood on the blurred wit
Did I have the brave eyes?
It's still the folded sheet
For I never have the brave eyes
The folded sheet never read
Even the Sun became blind
All the words are sealed
Thus I hit the hay by wine
Dropped it again into the whisper
Enveloped by sat head
What the written melody there
In that folded sheet, it kept
Langganan:
Komentar (Atom)