coretan ku

Sepenggal Kisah Ku Bersama Putri dan Kedua Patung Penjaga Istana


Siang itu aku berjalan tanpa arah mengikuti hati….
Hingga sampai ku di depan gerbang sebuah istana.
Setiba ku di gerbang itu….
Aku mendapati dua patung yang begitu berwibawa,
seperti nya kedua patung itu sedang berjaga di depan gerbang istana…
Menatap ku, dua patung penjaga itu begitu gagah memangku gada,
Aku berpikir...seperti nya  mereka menatap ku dengan penuh curiga,
atau mungkin tak ingin kan aku, penyamun, di dalam istana nya…
"Silahkan masuk" sapa nya...
"Putri sedang menunggu mu" kata nya…
Aku jadi bingung mendengar ucapan patung penjaga itu.
Sakti juga putri di Istana ini pikir ku, sampai-sampai ia tahu kalau aku akan lewat di depan istana nya..
“Bergegas lah!” Aku kaget mendengar lantang suara penjaga itu
Aku pun bergegas memasuki istana …

Di istana nya…
Putri tersenyum kecil menyambut ku
Putri itu ramah menyapa ku
Seakan-akan aku bukan orang yang baru di kenal nya tadi
Tanpa terasa berjam-jam sudah kami mengobrol
Sepertinya putri tidak mempunyai seorang teman selain pengawal nya
Sehingga ia begitu banyak menumpahkan cerita hati nya pada ku

Hingga pada saat nya…
Ia menceritakan tentang kesepian dan kesedihan nya
Yang Raja nya sedang melanglang buana…
Ayahanda sedang bertempur di medan laga, gemetar, lirih suara nya bercerita…
Dalam benak ku, aku ingin sekali melihat putri melupakan sedih nya
Esok akan aku petik bunga-bunga di belantara sana
Biar nanti ku rangkum bunga-bunga penuh warna untuk nya

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun
Aku selalu berusaha agar putri tak sempat melamun
Sedih aku jika tak mampu membuat nya tersenyum
Pernah aku tak sempat mencari bunga
Lalu aku gubah kan bait-bait sederhana
Biar ia tetap bahagia meski hadir ku di sana tanpa bunga-bunga

Dan pada akhirnya…
Musim tak mau lagi bersahabat dengan ku
Hingga taman belantara tak lagi mekarkan bunga untuk ku
Bahkan kata-kata seakan enggan melengkapi gubahan ku
Apa jadi nya aku tanpa itu semua…
Bagaimana aku bisa membuat sang putri bahagia
Hari demi hari, aku hanya tersandar di dinding reot gubuk ku
Aku memikirkan tentang kekecewaan sang Putri, ia pasti sangat kecewa karna aku tak lagi dapat mengumpulkan bunga-bunga

Di tengah lamunan ku…
Tiba-tiba aku di datangi kedua patung penjaga itu
Mereka datang membawa berita bahwa sang Raja telah kembali ke Istana
Lalu patung penjaga itu berkata pada ku
“Mengapa tuan tak berkunjung saja ke Istana untuk bertemu Putri dan Raja? Lagi pula, sudah lama tuan tak mengunjungi putri dan membawakan nya bunga-bunga”
Aku tak tau harus menjawab pertanyaan kedua patung penjaga itu,

Mulut ku bagai terbungkam seribu kunci
Bahkan mata ku saja tak mampu memandang nya
Sejenak aku menghela panjang nafas ku…
“Tolong sampaikan maaf ku kepada tuan putri, bahwa aku sudah tak mampu membawakan nya bunga-bunga seperti biasa nya, aku pun sudah tak mampu lagi merangkai kata untuk kemudian ku lantunkan agar putri bahagia.”
Kembali ku hela nafas ku agar suara ku tak gemetar…..
“Kalian sampaikanlah ke tuan putrid bahwa  bunga-bunga itu tak lagi mekar untuk ku, di belantara sana tak lagi ku temukan bunga-bunga selain belukar….”

Suara ku kembali gemetar, merah meradang mata ku, ku hela kembali nafas ku biar kembali tenang….
“Lagi pula, bukan kah Raja kalian telah kembali…putri pun pasti telah bahagia, ia pasti tak memerlukan bunga-bunga maupun lantunan-lantunan nada lagu ku…”
Aku berusaha untuk tersenyum kepada kedua penjaga istana itu…
“kini, kembali lah kalian ke Istana, dan katakan ke tuan putri bahwa aku sangat bahagia telah berbagi bahagia ku kepada nya kemarin, kini bahagia sang Putri telah kembali, dan aku pun tak ada lagi kebahagian yang bisa ku berikan…”

Aku kini menatap kedua penjaga itu…
“dan yang terakhir, sampaikan terima kasih ku kepada sang putri karna ia telah bersedia berbagi kisah dengan ku, dan esok pagi, akan aku bawa mengembara kisah antara aku, tuan putri, dan juga  kalian berdua ini, menuju matahari terbit …”
(tamat)
 penulis: widi